Patofisiologi Gangguan Kognitif

Patofisiologi Gangguan Kognitif - Mekanisme terjadinya gangguan kognitif atau demensia belum jelas sepenuhnya. Beberapa hipotesis tentang patogenesis demensia yang dikemukakan para ahli antara lain adalah (1) hipotesis genetik, (2) hipotesis toksis dan infeksi, (3) hipotesis vaskuler dan metabolik, serta (4) hipotesis neurotransmiter yaitu hipotesis kholinergik dan involusi sistem neurotransmiter lain.

Beberapa faktor yang diperkirakan sebagai pernyebab gangguan kognitif global adalah (1) gangguan neurotransmiter, (2) gangguan cerebral blood flow, (3) gangguan metabolisme neuron, (4) patologi neuron dan (5) gangguan homeostasis ion kalsium (Ca2+). Namun mekanisme mana yang paling dominan masih dalam perdebatan para ahli (Diaz, 1991)

Pada proses penuaan otak, terjadi penurunan jumlah neuron secara bertahap yang meliputi area girus temporal superior (merupakan area yang paling cepat kehilangan neuron), girus presentralis dan area striata. Secara patologis penurunan jumlah neuron kolinergik akan menyebabkan berkurangnya neurotransmiter asetilklolin sehingga menimbulkan gangguan kognitif dan perilaku (Kusumoputro, 2003 cit Soetedjo, 2006).

Tatemichi et al., (1994) mengajukan pendapat bahwa pada demensia dimana terjadi defisit kognitif multipleks dan global, terjadi gangguan aktivitas neurotransmiter terutama sistem kolinergik, noradrenergik dan serotonergik baik di substansia alba maupun di substansia nigra. Lesi-lesi serebral terutama yang melibatkan regio spesifik untuk fungsi-fungsi luhur (higher cerebral function) berperan dalam munculnya gangguan kognitif atau demensia. Daerah-daerah tersebut meliputi: (1) area posterior serebrum, (2) area vaskularisasi arteri serebri posterior termasuk talamus dan lobus temporalis inferiomesial dan (3) area yang mendapat vaskularisasi dari arteri karotis interna bagian distal (distal field territory from carotis) termasuk regio frontalis superior dan parietalis.

Pandangan umum yang paling sering diketengahkan sebagai patofisiologi terjadinya gangguan kognitif adalah gangguan neurotransmiter. Dalam keadaan tersebut, dapat terjadi suatu kondisi tertentu pada aktivitas sistem kolinergik, noradrenergik, serotonergik dan dopaminergik di celah sinaptik antar neuron sebagai akibat proses patologik pada sel-sel otak sehingga terjadi gangguan kognitif (Wibowo, 1995).

Referensi :
1. Diaz, M.G., 1991. The Essential Brain, pp.,188-193, Merck, Madrio.
2. Soetedjo, 2006. Diagnosis gangguan kognitif dan MCI pada usia lanjut, dalam: Hexanto, M., & Trianggoro, B.,(penyunting), Update Management of Neurological Disorders in Elderly, Pertemuan Imiah Tahunan UNDIP-UGM-UNS XXI.
3. Wibowo, S., 1995. Neurotransmitter pada demensia, dalam: S. Wibowo & S. Sutarni (penyunting), Demensia Aspek Neurobiologi, Epidemiologi & Tatalaksana,Bagian/SMF I.P.Saraf FK-UGM/RS.Dr.Sardjito, Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment