Prinsip Terapi Nyeri Neuropatik

Prinsip terapi nyeri neuropatik - Nyeri neuropatik merupakan akibat dari fungsi abnormal sistem saraf. Abnormalitas fungsi sistem saraf perifer, sentral, maupun simpatis dapat menyebabkan munculnya nyeri neuropatik. Kasus nyeri neuropatik (tanpa memandang kausa) menunjukkan mekanisme. Patofisiologi dan gambaran klinis yang hampir serupa. Nyeri neuropatik merupakan sindroma nyeri kronik yang sangat mempengaruhi segala aspek dari kehidupan pasien. Pada kondisi nyeri neuropatik, etiologi biasanya sudah berlalu, tetapi nyeri tetap mengganggu. Berdasarkan 2 fakta tersebut di atas, maka pengobatan terhadap fenomenologi dan mekanisme lebih penting daripada pengobatan etiologi (Meliala, 2004).

Prinsip terbaik untuk terapi nyeri neuropatik berdasarkan mekanisme dapat dilihat pada gambar di bawah.

Terapi nyeri neuropatik berdasarkan mekanisme
Terapi nyeri neuropatik berdasarkan mekanisme
(Beydoun, 2002; Meliala, 2004)

Dworkin et al, 2007 merekomendasikan langkah-langkah terapi farmakologis nyeri neuropatik seperti pada tabel berikut.

Langkah-langkah Terapi Farmakologis pada Nyeri Neuropatik

Pilihan terapi lini pertama dan lini kedua (Agonis Opioid)
Pilihan terapi lini pertama dan lini kedua (Agonis Opioid)
Tahap I
  • Nilai nyeri & tegakkan diagnosis.
  • Tetapkan & obati penyebab
  • Identifikasi kemungkinan eksaserbasi komorbid akibat pemberian terapi
  • Jelaskan diagnosa, rencana terapi & ekspektasi yang realistis.
Tahap II
  • Mulai terapi kausatif (jika memungkinkan)
  • Mulai terapi simtomatik, dengan 1 atau lebih terapi berikut:
  • TCA sekunder (nortriptilin, desipramin) atau SSNRI (duloksetin) /selektif serotonin norandrenaline reuptake inhibitor
  • Ca++ channel α2δ ligand (Gabapentin, Pregabalin)
  • lidokain topikal, dengan/tanpa terapi lini pertama lainnya untuk nyeri neuropatik perifer lokal
  • opioid atau tramadol, dengan/tanpa terapi lini pertama lain pada nyeri neuropatik akut, kanker, eksaserbasi episodik nyeri berat
  • Evaluasi kemungkinan terapi non-farmakologis
Tahap III
  • Nilai kembali nyeri dan kualitas hidup terkait nyeri secara frekuen
  • Jika perbaikan nyeri terjadi substansial (rerata penurunan nyeri ≤ 3/10) dan efek samping dapat ditolerir, teruskan terapi
  • Perbaikan nyeri parsial (rerata perbaikan nyeri ≥ 4/10) setelah pemberian satu jenis obat adekuat, tambahkan salah satu dari obat lini pertama (lihat tabel)
  • Jika tidak ada respon terapi setelah pemberian dosis adekuat, ganti dengan obat lini pertama alternatif
Tahap IV
  • Bila terapi lini pertama gagal, meski dengan kombinasi atau penambahan dengan obat alternatif, rujuk ke spesialis

Referensi :
1. Beydoun, A., Kutluay, E. 2002. Oxcarbazepin, Expert Opinion in Pharmacotherapy, 3(1):59-71
2. Dworkin, RHH., O’Connor, BB., Backonja, M., Farrar, JTT., Finnerup, NBB., Jensen, TSS., Kalso, EAA., Loeser, JDD., Miaskowski, C., Nurmikko, TJJ., Portenov, RKK., Rice, ASCS., Stacey, BRR., Trede, RDD., Turk, DCC., Wallace, MSS., 2007. Pharmacologic management of neuropathic pain: Evidence-based recommendations., PAIN; 132(3):237-51.
3. Meliala, L. 2004. Terapi Rasional Nyeri. Medika Gama Press, Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment