Definisi Alat Ukur dan Jenis Merokok

Definisi Alat Ukur dan Jenis Merokok - Dipekirakan tahun 1998 terdapat 1,2 biliun perokok diantara 6 biliun penduduk dunia, dengan prevalensi 48% pria dan 12 % wanita (WHO, 2003). Dari data presentase rata-rata di Indonesia terdapat lebih kurang 5% wanita dan 59% pria mempunyai kebiasaan merokok (Dep. Kes. R.I., 2000). Saat ini Indonesia merupakan negara keempat di dunia dengan jumlah perokok terbanyak, setelah Amerika Serikat, Cina, dan Jepang. Konsumsi rokok di negeri ini naik 44 persen selama kurun waktu tujuh tahun, yaitu selama tahun 1990 hingga 1997 (Walujani, 2002).

Di dalam rokok dan asapnya terdapat nikotin, tar dan banyak lagi zat-zat maupun senyawa kimia serta berbagai radikal bebas yang berjumlah sekitar 4000 macam (The California report July 2002) yang dapat menimbulkan kerusakan sel dan mendasari berbagai keadaan patologis seperti kanker, penyakit respiratorik, penyakit hati, rematik arthritis dan penyakit kardiovaskuler (Wijaya, 1997). Selanjutnya Depkes RI 1986-1992 mencatat angka kematian oleh penyakit jantung meningkat 9,7% (sebagai penyebab kematian nomor 3) menjadi 16% (sebagai penyebab kematian nomor 1), dan merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit jantung tersebut (Sani, 1994). Kebiasaan merokok tampaknya berhubungan dengan peningkatan sosioekonomi, kebiasaan merokok akan meningkat sejalan dengan peningkatan taraf hidup, sementara kebiasaan ini akan menurun sejalan dengan peningkatan pendidikan dan usaha larangan (Winkleby et al., 1990).

Definisi Alat Ukur Merokok
WHO, pada bulan Februari 2000 mendefinisikan bahwa merokok aktif adalah aktifitas meghisap rokok secara rutin minimal satu batang sehari. Menurut Davidson et al (1998) definisi perokok adalah yang telah merokok 1 batang atau lebih tiap hari sekurang-kurangnya selama 1 tahun, jika selama 1 bulan meninggalkan rokok (tidak merokok) disebut sebagai riwayat perokok. Jika selama 5 tahun berhenti merokok maka disebut sebagai mantan perokok (Leffondre et al. 2002).

Berdasarkan jumlah batang rokok yang dihisap, Samet et al (1988) membuat definisi perokok ringan sampai sedang adalah bila rokok yang dihisap <20 data-blogger-escaped-batang="" data-blogger-escaped-berat="" data-blogger-escaped-jika="" data-blogger-escaped-perhari="" data-blogger-escaped-perokok="" data-blogger-escaped-rokok="">20 batang rokok perhari. Secara kwantitatif merokok dibedakan menjadi (1) Perokok aktif ringan : bila merokok sigaret 1-10 batang perhari, (2) Perokok aktif sedang : bila merokok sigaret 11-20 batang perhari dan (3) Perokok aktif berat : bila merokok sigaret 20 batang atau lebih perhari.

Secara lebih terperinci secara kwalitatif derajat berat ringan merokok dinilai dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun. Penggolongannya berdasarkan Indeks Brinkman tersebut dibagi menjadi (1) Ringan : 1 – 50, (2) Sedang : 51 – 100 dan (3) Berat : > 100.(Debora, 2005)

Dikenal pula pengukuran derajat berat- ringan merokok yang lain, yaitu dalam pack year. Pack year adalah suatu cara pengukuran seseorang telah merokok dalam jumlah dan lama tertentu, yaitu dengan mengalikan jumlah bungkus rokok (pack) yang dihisap perhari dengan lama merokok dalam tahun (year). Sebagai contoh 1 pack year berarti seseorang telah merokok 1 bungkus perhari selama 1 tahun, atau 2 bungkus perhari selama setengah tahun, atau setengah bungkus perhari selama 2 tahun. Merokok digolongkan dalam kategori ringan jika kurang dari 10 pack year dan berat jika lebih dari itu (Debora, 2005).

WHO (2000) menetapkan pengukuran faktor risiko merokok terhadap berbagai macam penyakit dalam WHO December 2000 “ Non Communicable Diseases and Mental Health “ the stepwise approach to risk factor survaillance. Di setiap negara, ditetapkan minimal menggunakan acuan standard (step 2). Khusus untuk negara maju, diharapkan menggunakan acuan yang optimal (step 3).

Pengukuran yang dilakukan tiap level menurut WHO adalah seperti diuraikan pada tabel berikut ini.

Tabel Standard WHO - Pengukuran merokok sebagai faktor risiko penyakit

Tabel Standard WHO - Pengukuran merokok sebagai faktor risiko penyakit

Jenis Rokok
Bahan baku rokok adalah daun tembakau yang dirajang dan dikeringkan. Ada juga daun tembakau yang dikeringkan saja tanpa dirajang, biasanya digunakan sebagai rokok cerutu. Setelah dirajang dan dikeringkan, tembakau dibungkus dengan kertas rokok. Inilah yang disebut dengan rokoh putih. Bila kedalam rokok putih tersebut ditambah cengkeh atau bahan lainnya, maka disebut rokok kretek. Apabila tembakau dirajang, dikeringkan lalu dibungkus dengan daun jagung kering, itu disebut rokok kelobot. Rokok tersebut yang ditambah kemenyan dan daun kelembak disebut rokok kelembak (Yuningtyaswari, dkk. 2001). Saat ini sudah banyak produsen rokok yang memproduksi rokok rendah tar dan nikotin. Ada pula pabrik rokok yang berusaha mengurangi efek rokok terhadap kesehatan tubuh dengan menggunakan filter guna mengurangi jumlah partikel debu dari asap rokok. Filter dapat digunakan pada rokok putih, rokok kretek maupun rokok pipa, sehingga dapat mengurangi angka terjadinya beberapa penyakit akibat merokok bagi si perokok (Murbawani, 2002).

Kandungan gas CO yang dilepaskan diudara pada jenis rokok pipa 2 kali lebih besar, bahkan pada jenis rokok cerutu 5 kali lebih besar dari pada rokok putih. Hal ini tentu berdampak buruk pada lingkungan (Wildan, 2002).

Referensi:
  1. Davidson, A.G., Taylor, A.J.N., Darbyshire, J., Cheetle, D.R., Gutrie,C.J.G., O’ Malley, D. 1988. Cadmium Fume Inhalation and Emphysema in Lancet :663-667.
  2. Debora Orrick. 2005. How can I tell if smoking has damaged my health ? iVillage.
  3. Leffondre, K., Abrahamowicz, M., Siemiatycki, J., Rachet, B. 2002. Modelling Smoking History: A Comparison of Different Approach. American Journal of Epidemiology.
  4. Samet, J.M., Wiggins, C.L., Humble, C.G., Pathak, D.R.,1988. Ciggarette Smoking and Lung Cancer in New Mexico, Am.Rev.Dis 137: 1110-1113.
  5. WHO, 2000. Second Meeting of the working group A/FCTC/WG2/3 on the WHO frame work convention on Tobacco control : Provisional texts of proposed draft elements for a WHO framework convention on tobacco control.
  6. WHO, 2000. Guidelines for controlling and monitoring the Tobacco epidemic.
  7. Wijaya, A. 1997. Rekomendasi baru dari adult treatment panel (ATP II, 1993 NCEP/NIH) untuk diagnosis & pengobatan Hipokolesterolemia. Dalam: Beberapa pemeriksaan laboratorium untuk penyakit kardiovaskuler. Laboratorium Klinik Prodia.
  8. Wildan Asfan. 2002. Lingkungan Kerja Tanpa Rokok ( Dalam Rangka Hari Tembakau Sedunia). Kompas.

2 comments:

  1. asslamualaikum wr wb.. Pak, saya mahasiswa keperawatan, nama saya April pak, say aingin bertanya apakah ada skala untuk mengukur kebiasaan merokok? apabila ada, bagaimana pak? trmakasih

    ReplyDelete
  2. terimakasih infonya, sangat membantu untuk membuat definisi operasional penelitian

    ReplyDelete