Sebagian besar nyeri punggung bawah disebabkan oleh penyakit yang tidak serius dengan prognosis baik (Greenberg, 2001). Penyebab tersering adalah (1) lumbar sprain atau strain, (2) degenerasi diskus dan faset, (3) herniasi diskus, dan (4) kanalis stenosis atau fraktur kompresi akibat osteoporesis pada penderita usia lanjut (Cohen, 2001).
Berdasarkan durasi nyeri punggung bawah diklasifikasikan menjadi 3 yaitu: (1) nyeri punggung bawah akut (< 6 minggu ), (2) sub akut ( 6 – 12 minggu ), dan (3) kronik > 12 minggu ). Klasifikasi ini penting untuk meramalkan prognosis penderita (Bratton, 1999).
Diagnosis nyeri punggung bawah memerlukan penggalian riwayat penyakit dan pemeriksaan yang teliti. Anamnesis dan pemeriksaan yang teliti akan mengarahkan pada etiologi baik mekanik atau sekunder (Bratton, 1999). Penilaian awal pada penderita nyeri punggung bawah adalah untuk mengeksklusikan kemungkinan diagnosis banding penyakit yang serius ( memerlukan penanganan segera dan masif) yaitu tumor, infeksi, dan fraktur (Greenberg, 2001).
Anamnesis pada pasien dengan nyeri punggung bawah harus dapat mendeteteksi adanya faktor resiko, aspek psikologis, dan psikososial penderita. Aspek psikologis dan psikososial sangat besar perannya dalam terapi nyeri punggung bawah. Sehingga bila tidak digali dan diterapi dengan adekuat akan dapat menyebabkan nyeri yang sukar untuk dikendalikan (Meliala, 2008).
Dari anamnesis pasien tersebut didapatkan adanya gambaran nyeri berupa perasaan panas seperti ditusuk-tusuk yang menjalar sampai kedua mata kaki dimana gambaran nyeri seperti ini menggambarkan suatu nyeri neuropatik dan nyeri inflamasi . Deskripsi nyeri neuropatik ditandai dengan rasa terbakar (burning), rasa ditikam, kesetrum, disobek, diikat, hiperalgesia dan alodinia (Meliala, 2004). Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang diakibatkan adanya lesi sistem saraf perifer (seperti pada neuropati diabetika, post-herpetik neuralgia, radikulopati lumbal, dll) atau sentral (seperti pada nyeri pasca cedera medula spinalis, nyeri pasca stroke, dan nyeri pada sklerosis multipel) (Meliala, 2004).
Nyeri inflamasi ditandai dengan adanya rubor, kalor, tumor, dolor, fungsiolaesa. Rubor dan kalor disebabkan bertambahnya aliran darah, tumor akibat permeabilitas pembuluh darah, dolor akibat sensitisasi nosiseptor dan berakhir dengan penurunan fungsi jaringan yang mengalami inflamasi ( fungsiolaesa). Nyeri inflamasi pada pasien ini di gambarkan dengan adanya perasaan terasa panas, nyeri bisa terjadi spontan, dan penurunan fungsi, dengan perubahan posisi atau berjalan dan posisi tidur didapatkan adanya pemberatan nyeri
Nyeri nosiseptif dapat timbul jika ada stimulus yang cukup kuat sehingga akan menimbulkan kesadaran akan adanya stimulus berbahaya, dan merupakan sensasi fisiologis vital ( Meliala, 2004). Jenis nyeri ini juga didapatkan pada pasien dengan adanya peningkatan nyeri akibat stimulus pada daerah boyok.
Pada penderita ini nyeri punggung bawah digambarkan sebagai suatu perasaan panas dan rasa seperti ditusuk-tusuk dari boyok menjalar sampai mata kaki, nyeri terkadang dirasakan spontan, memberat dengan pergerakan dan stimulus didaerah lesi. Deskripsi nyeri seperti ini merupakan nyeri dengan tipe campuran nosiseptif/inflamatorik dan neuropatik. Berdasar data tersebut diagnosis banding kemungkinan etiologi adalah (1) Hernia Nukleus Pulposus, (2) Tumor spinalis, (3) Lumbar Spinal Stenosis
Referensi :
- Bratton,LR, 1999, Assessment and Mangement of Acute Low Back Pain, American Family Physicians,ed.November 1999
- Cohen RI, Chopro P, 2001, Low back Pain: Guide to conservative, medical and procedural Therapies, Geriatricts, Vol 1
- Greenberg,M.S., 2001. Handbook of Neurosurgery, 5th Ed., Thieme MedicalPublishers, New York
- Meliala, L., 2004. Terapi Rasional Nyeri. Medika Gama Press, Yogyakarta.
- Meliala, L., 2008. Patofisiologi Nyeri, dalam: Meliala, L., Suryamiharja, A., Wirawan, RB., Sadeli, H.A., Amir, D (eds), Nyeri Neuropatik. Medika Gama Press, Yogyakarta
No comments:
Post a Comment