Gambar Model Nyeri (Hadox, 1990 Modifikasi oleh penulis)
Penderita A dan B yang mengalami penderitaan yang sama (dalam satu arkus). Penderita A mengalami nyeri karena proses keganasan sehingga sangat mengganggu secara psikologik. Akibatnya, komponen psikologiknya lebih besar dari komponen sensoriknya. Penderita B mengalami nyeri oleh karena patah tulang. Penderitaan (suffering) pada kedua penderita lebih kurang sama (dalam 1 arkus), akan tetapi komponen psikologik (emosional) dan nosiseptif (sensorik) masing-masing berbeda. Penanganan nyeri kedua penderita memerlukan intervensi pengobatan yang berbeda. Penderita A lebih memerlukan konseling dan penderita B cukup dengan analgetik.
Proses nosisepsi akan menimbulkan persepsi nyeri. Nyeri akan menimbulkan perasaan tidak menyenangkan, sebuah penderitaan. Nyeri yang dirasakan seorang individu mengharuskan adanya sebuah respon perilaku yang bertujuan untuk mengatasi nyeri dan stress. Respon ini dikenal sebagai perilaku nyeri (pain behavior). Dalam penanganan nyeri, tidak hanya komponen sensorik saja yang perlu diperhatikan, tetapi juga komponen psikologis seperti kognitif, emosional, stress. Artinya, terapi nyeri terutama nyeri kronis tidaklah cukup hanya menggunakan analgetik saja, tetapi sering sekali membutuhkan terapi psikologis dan perilaku (Meliala, 2004).
Referensi :
1. Haddox JD, 1990. Psychological Aspects of Pain. In Abram SE, Haddox JD, Kettler RE (eds.) The Pain Clinic Manual Tippincott Comp. Philadelphia, 1990
2. Meliala, L. 2004. Terapi Rasional Nyeri. Medika Gama Press, Yogyakarta
No comments:
Post a Comment