Tipe Nyeri Neuropatik - Nyeri Spontan

Tipe Nyeri Neuropatik - Nyeri Spontan. Nyeri spontan dapat bersifat kontinyu maupun paroksismal, dengan karakter yang bermacam-macam. Nyeri kontinu dapat menghentak, seperti kesetrum, seperti terbakar (burning) dan sebagainya. Nyeri paroksismal karakternya mungkin sama seperti tersebut di atas, namun perlangsungannya hanya beberapa detik. Mekanisme yang mendasari nyeri spontan terutama adalah munculnya aktivitas ektopik di serabut saraf C. Nyeri seperti terbakar atau disestesia dan parestesia disebabkan aktivitas ektopik di serabut Aδ. Penurunan inhibisi di kornu dorsalis disebabkan penurunan reseptor µ dan terjadi apoptosis, khususnya neuron-neuron inhibisi. Penurunan inhibisi sama artinya dengan eksitasi dan dapat menimbulkan nyeri spontan (Woolf, 1997; Dickenson, 1999).

Penderita nyeri neuropatik sering mengeluhkan nyeri spontan yang memberat bila penderita dalam keadaan stres fisik maupun emosional. Hal ini disebabkan pada lesi serabut saraf aferen sering terbentuk α-adrenoceptor di bagian proksimal dari lesi. Reseptor ini peka terhadap katekolamin yang dilepaskan terminal simpatis pasca ganglion. Di samping munculnya α-adrenoceptor diketahui pula bahwa serabut saraf simpatis pasca ganglion menambah cabang-cabangnya (sprouting) di sekeliling neuron ganglion spinalis, yang juga dapat mengaktivasi ganglion dan timbul rasa nyeri.

Skema Mekanisme Nyeri Neuropatik
Skema Mekanisme Nyeri Neuropatik
Keterangan Gambar Skema Mekanisme Nyeri Neuropatik
Nyeri neuropatik terjadi dari cedera atau disfungsi saraf seperti berikut ini.

A. Setelah kerusakan saraf, transkripsi dan produksi saluran Natrium pada lokasi kerusakan meningkat, disertai dengan penurunan jumlah saluran kalium. Perubahan ekspresi saluran ion ini menyebabkan hipereksitabilitas dan terbentuknya aktivitas ektopik, yang diperkirakan berperan pada timbulnya nyeri spontan dan paroksismal.

B. Pada badan sel neuron aferen primer di ganglion radiks dorsalis, terjadi sprouting neuron simpatis dan diperkirakan berperan pada nyeri yang diperankan oleh system simpatis (sympathetically maintained pain)

C. Kerusakan saraf perifer menyebabkan perubahan besar pada transkripsi gen dan aktivasi berbagai kinase dan protein termasuk meningkatnya aktivitas reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA). Kerusakan saraf juga menimbulkan hipertrofi dan aktivasi sel glia, termasuk mikroglia di substansia grisea medula spinalis. Mikroglia mengekspresikan reseptor purinergik P2X4 yang diaktivasi oleh ATP. Aktivasi ini akan menyebabkan pelepasan berbagai sitokin pronosiseptif seperti interleukin-1 (IL-1), tumor necrosis factor alpha (TNFα) dan neurotropin, termasuk brain derived neurotrophic factor (BDNF) yang selanjutnya menyebabkan eksaserbasi transmisi nosiseptif dan berperan pada sensitisasi dan mempertahankan nyeri neuropatik.

Catatan: Aβ = neuron A beta, Aδ = neuron A delta, C = nosiseptor C, 5HT = serotonin, KCC2 = transporter klorida, NA = noradrenalin, Nav = saluran Natrium, NO = oksida nitrit, Kv = saluran kalium, PGs = prostaglandin, P2X4 = reseptor purinergik.

Referensi :
1. Dickenson, A.H, 1999. Balances Between Excitatory and Inhibitory Events in the Spinal Cord and Chronic Pain. In: Kumuzawa, T., Kruger, Mizumura, K., (eds) Progress in Brain Research Vol 113, Elsevier Amsterdam
2. Gilron, I., Watson, P.N., Cahill, C.M., Moulin, D.E. 2006. Neuropathic Pain: A Practical Guide to Clinician. CMAJ; 3:265-275.
3. Woolf, C.J., 1997. Molecular Signals Responsible for the Reorganization of the Synaptic Circuity of the Dorsal Horn After Peripheral Nerve Injury: The Mechanisms of Tactile Allodynia. In: Borsook, D., (ed) Molecular Neurobiology of Pain, Progress in Pain Research and Management. Vol.9. IASP Press, Seattle.

No comments:

Post a Comment